SURABAYA — Pergerakan era digital dalam penggunaan data terus menjadi sorotan utama dalam pentas teknologi yang semakin luas dan kompleks. Dimulai dari penggalian riset wawasan di berbagai bidang hingga menjadi bahan bakar utama dari teknologi terkini, seperti artificial intelligence dan autonomous car. Namun, mengapa semua orang begitu sibuk membicarakan data?
Menelisik ungkapan “Data is the new oil“ oleh Data Scientist, Clive Humby pada tahun 2006 di konferensi Association of National Advertisers. Seperti halnya minyak, frasa tersebut menggambarkan betapa pentingnya data dalam dunia menjadi sumber daya yang sangat berharga. Keberadaan data dinilai lebih dari sekadar memengaruhi kebijakan bahkan mengubah cara berinteraksi dalam berbagai aspek kehidupan.
Baca juga:
Tony Rosyid: Komunikasi Yes, Koalisi No
|
Ungkapan tersebut diperkuat kembali lewat sebuah penelitian dalam studi The State of Data Literacy 2020 yang dilakukan oleh Data Literacy LLC bahwa pentingnya keberadaan data sejalan dengan melek dan literasi data dalam masyarakat saat ini. Disoroti kurang pahamnya tentang kompetensi data mengakibatkan kesalahan interpretasi, pengambilan keputusan, dan risiko penipuan informasi.
Melihat hal tersebut, kembali berkaca pada berbagai berita berskala internasional yang pernah dihebohkan akibat kurangnya pemahaman data. Dalam kasus perusahaan teknologi terbesar di dunia, Cambridge Analytica, kebocoran data pribadi dari jutaan pengguna Facebook dikumpulkan dan digunakan untuk mempengaruhi opini publik selama kampanye politik.
Lebih lagi, muncul berbagai pemahaman baru bahwa penggunaan data yang tidak bijaksana juga dapat menimbulkan tantangan dan risiko lainnya. Seperti isu privasi dan keamanan data yang menjadi fokus utama dalam kompetensi data di era digital. Data pribadi yang tidak dikelola dengan baik dapat mengalami kebocoran dan berakibat fatal pada kerugian finansial, reputasi yang rusak, dan dampak sosial.
Namun, tanpa menutupi fakta yang ada, penggunaan data yang sangat beragam telah menjadi jembatan harapan baru dalam pengembangan berbagai inovasi teknologi. Pengambilan keputusan yang didasarkan pada fakta dan data juga dapat mengurangi ketidakpastian dan hasil yang lebih akurat. Berbagai acuan manfaat penggunaan data sebagai optimalisasi pembangunan yang lebih baik tidak dapat dihiraukan.
Penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kompetensi diri akan melek dan literasi data. Melek data berarti memiliki pemahaman yang baik tentang apa itu data, bagaimana data dikumpulkan, dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi data berarti memiliki keterampilan dalam menganalisis, memahami, dan menginterpretasi data.
Dengan kedua hal tersebut dapat dimulai dari hal-hal sederhana, seperti mengikuti dan mengevaluasi tren sebagai ide pengembangan, mengulik kebutuhan partisipasi aktif, pendidikan sejak dini, kolaborasi antara organisasi masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta yang bisa dijadikan langkah konkret untuk meningkatkan melek dan literasi data dalam masyarakat.
Baca juga:
Tony Rosyid: PKB Masuk Koalisi KPP?
|
Seiring dengan perkembangan teknologi dan pemahaman yang baik tentang kompetensi data, dapat diambil pula keputusan yang lebih baik, menghindari jebakan informasi palsu, dan mengoptimalkan potensi data untuk kebaikan bersama. Bungkam terhadap data juga bukan lagi menjadi pilihan yang masih perlu dipertimbangkan, tetapi harus dihindari.
Diakhiri dengan segudang pergerakan dunia oleh data, generasi muda harus siap menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh dunia untuk terus berkembang. Terlebih di tengah ramainya perdebatan urgensi data yang tak mungkin usai. Terus bergerak mengambil peran untuk meresapi jawaban atas keresahan pribadi dan terjun sebagai pengguna data yang bijak. (*)
Baca juga:
Ernest, Apa itu Dunguh?
|
Surabaya, 21 April 2023
Ditulis oleh:
Faadhillah Syhab Azzahra
Departemen Statistika
Angkatan 2020
Reporter ITS Online